Sabtu, 25 Juni 2011

yang TA’ TERFIKIRKAN demi ‘NGIRIT’ dalam membangun

  
     ‘NGIRIT’, salah satu kata yang sering didengungkan oleh kita ketika berusaha memperoleh sesuatu dengan membayar atau mengeluarkan sejumlah uang. Wajar dan normal, karena hakekat kita adalah mahluk ekonomi. ‘NGIRIT’ diperlukan dalam rangka mengantisipasi keperluan yang akan datang baik diketauhui, terencana ataupun tak terencana. Banyak hal yang diupayakan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam hal berniaga. Namun terdapat beberapa hal yang mendasar diantaranya; menggunakan seperlunya, memprioritaskan keperluan, mengenyampingkan apa yang tidak perlukan  dan mengeluarkan nilai sekecil-kecilnya guna memperoleh manfaat sebesar-besarnya. Mungkin jika membeli korek api tanpa kotaknya itu bisa, itu lebih baik, hehe.
     Dalam tajuk ini, kita akan membicarakan ‘NGIRIT DALAM HAL MEMBANGUN’. Namun sebelumnya kita mesti samakan pandangan bahwa ngirit dalam hal tersebut adalah baik selama proporsi dan terencana. Tidak dipungkiri kini bahwa membangun hunian tidaklah seperti membalikan telapak tangan, “maaf ga nyambung ya…!!”, kita musti ‘merogoh’ kantong lebih dalam untuk mewujudkannya. Ambil contoh ketika kita ingin membangun hunian yang dirasa ideal bagi kita sekeluarga sekitar 130m2 di lahan yang telah kita miliki, kadang yang terfikir bagi kita untuk mewujudkan itu adalah mencari tukang dan belanja barang (material). Komunikasi antara tukang langsung dengan pemilik (owner) mengenai penjabaran keinginan hunian yang akan dibangun dirasa cukup dan efektif tanpa kehadiran seorang perencana bangunan karena dianggap ‘ngirit’ tanpa melibatkan pihak lain. TIDAK SELAMANYA SALAH jika  owner  tersebut memili kapasitas dengan latar belakang teknik, seni atau pun semacamnya yang memilki gagasan atau ide didukung oleh penjabaran yang representatif bagi pekerja bangunan tanpa melibatkan pihak lain dalam hal ini seorang arsitek. Contoh, penulis pernah bertemu dengan seorang seniman skaligus pemilik galeri seni sendiri. Jika amati huniannya, mulai dari konfigursi ruang, aksentuasi elemen ruang, alur sirkulasi, pemilihan material finish yang diterapkan terasa cukup apik dalam menilai khususnya dari sisi arsitekturnya. Namun tidak semua owner adalah beliau, disanalah masalahnya.
     Tidak sedikit dari owner menyangka, hanya dengan tukang dan belanja barang dirasa cukup tuk mewujudkan hunian yang telah di’idam-idamkankan olehnya. Terkadang celetuk dalam hatinya “sepertinya cukup uang sekitar 300 juta ini tuk langsung membangun, buat apa menyertakan pihak lain yang cuma hanya menambah beban pengeluaran biaya!!”. Tekat pun telah bulat dan langsung mengeksekusi niatan tersebut. Namun mungkin karena pengelolaannya kurang baik, perencanaan kurang matang, banyaknya kesalahan komunikasi antara owner dan tukang menyebabkan biaya menggelembung bahkan tidak sedikit mencapai bilangan 50 jutaan. Wah…wah…!!
     Bengkaknya biaya tersebut sering terjadi karena pekerjaan bongkar pasang, pembelian material yang tidak terencana dan sesuai dengan anggaran serta pekerjaan beberapa elemen bangunan karena tidak efektifnya desain rencana sehingga memerlukan biaya berlebih dalam hal pembelian material dan tenaga tukang. Memang semua bermula dari rencana yang tak terencana. Ibarat pepatah mengatakan “gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan”, -lumayan sedikit nyambung, hehe. Hal ini diakibatkan karena sebagian dari owner berfikir secara parsial, tidak menyeluruh dalam menuangkan ide.
     Naahh….!. Disinilah letak  dan peran seorang PERENCANA dalam mensiasati dan mengusulkan sebuah desain hunian yang sesuai dengan impian owner serta terukur dalam hal anggaran biayanya. PERCAYA GA’ dengan biaya jasa desain yang tidak seberapa dibandingkan ongkos bangun dapat mengantisipasi bengkaknya pengeluaran biaya dengan rencana desain yang tetap sesuai dengan kebutuhan owner. Dan banyak keuntungan lainnya seperti lebih proporsi, berestetika dan sesuai dengan humaniora (kebiasaan) pemilik. Penulis sih mengingatkan bahwa "tidak banyak kesempatan bagi kita memiliki dana cukup tuk membangun hunian, sehingga kesempatan yang sekali-kali ini musti direncanakan dengan sebaik-baiknya".
     Terdapat beberapa pendekatan desain yang dapat menekan anggaran biaya dalam membangun hunian yang dilakukan oleh perencana. Antara lain:
DESAIN yang EFEKTIF. Banyak elemen bangunan yang tidak terlalu diperlukan seperti koridor yang di kelilingi dinding masif pada sebuah hunian. Hal tersebut terjadi karena pencapaian ke ruang tertentu yang melorong. Ada baiknya memanfaatkan ruang fungsional sebagai capaian menuju ruang tertentu. INGAT, tidak semua ruang itu diselubungi oleh enam bidang permanen (depan, belakang, kiri, kanan, atas, bawah) melainkan pemisahan rung dapat mengunakan furniture, aksoris interior atau malahan berupa bidang fiktif atau maya seperti pola lantai dan atau perbedaan elevasi lantai, permainan tinggi rendahnya plafon serta penebalan dan perbedaan corak dinding.
DESAIN yang DINAMIS. Tidak semua ruang memiliki tinggi plafond yang sama, sehingga tidak semua ring balok memiliki elevasi yang sama mengakibatkan mengurangi jumlah penggunaan pasangan bata, plester dan aci serta finishing yang tidak diperlukan. Bayangkan jika rumah kita memiki ringbalok datar sekitar 80m’, sedangkan ruang yang membutuhkan ketinggian 3.6m sekitar 40% dari keseluruhan bidang yang hanya memerlukan tinggi 3.2m, berapa material dan ongkos tukang kah yang telah kita irit..!!
MATERIAL yang DIGUNAKAN. Bukankah setiap kita memiliki ruang faforit. Prioritas adalah alternatif yang tepat untuk menekan pengeluaran anggaran berlebih. Memang yang tepat adalah semua elemen hunian dibuat sabaik mungkin namun jika anggarannya terbatas dan keinginan untuk meng’ekspose’ ruang-ruang tertentu maka ‘PRIORITAS’ adalah jalan keluarnya. Seperti; ruang tamu, ruang tidur, dan ruang keluarga atau bahkan toilet dan dapur. “atur aja mana yang lebih prioritas”. Dalam hal ini kita bisa memilah-milah material apa yang diterapkan. Kadang kala kita perlu menggunakan material yang ‘lux’ dengan jumlah kecil pada area-area tertentu namun cukup dengan material kelas KW 3 atau medium kita terapkan pada area lainnya semisal area servis.
DESAIN yang KOMUNIKATIF. Inilah salah satu penyebab pembangunan berjalan sesuai rencana tanpa perlu melakukan bongkar pasang. Owner pun dapat menilai dan memutuskan sebelum eksekusi pembangunan. Pelaksanana pun dapat memahami apa yang perlu mereka kerjakan tanpa membuang-buang waktu memikirkannya.
     Demikian sepenggal tips dan likaliku perlunya PERENCANA dalam membantu mewujudkan hunian anda sesuai keinginan agar niat tuk ‘ngirit’ tidak malah menyebabkan bengkaknya anggaran pembangunan hunian. Kalau tidak percaya, COBA SAJA…..!!! “selamat merenung”, semoga sukses. Amiieenn.

1 komentar: